Senin, 06 Januari 2014

PROFIL KABUPATEN BURU, PROVINSI MALUKU

KABUPATEN BURU


A. KARAKTERISTIK KABUPATEN BURU

1. Kondisi Geografi

a. Letak Geografis
Pulau Buru (9.599 Km2), yang memiliki panjang (140 km) dan lebar (90 km) dengan puncak bukit/gunung tertingginya adalah Kan Palatmada (2.429 m). Terdapat 3 (tiga) blok pegunungan yang masing-masing dipisahkan oleh struktur kelurusan lembah. Pada bagian barat tapak Kan Palatmada dengan ketinggian diatas 2000 m, dimana dibatasi oleh lembah depresi Sungai Nibe-Danau Rana dan Sungai Wala. Pada blok tengah dengan ketinggian diatas 1000 m yang dibentuk oleh Teluk Kayeli dan Lembah Apu, sedangkan blok selatan dibentuk oleh Lembah Kalua dengan Gunung Batabual (1.731 m). Kabupaten Buru terletak antara 2º25’ - 3º55’ Lintang Selatan dan 125º70’ - 127º21’ Bujur Timur.

b. Luas Wilayah
Kabupaten Buru sebelum pemekaran Buru Selatan memiliki luas wilayah 12.655,58 Km2 dengan 10 (sepuluh) kecamatan dan 106 (seratus enam) desa. Setelah pemekaran Buru Selatan pada tahun 2008, luas wilayah Kabupaten Buru menjadi 7.595,58 Km² (69,42 % luas pulau buru), dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Seram
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buru Selatan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Buru
- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Manipa

c. Fisiografi dan Topografi Wilayah
Bentuk wilayah Kabupaten Buru dikelompokkan berdasarkan pendekatan fisiografi (makro relief), yaitu dataran, pantai, perbukitan dan pegunungan termasuk didalamnya dataran tinggi (plateau / pedmont) dengan kelerengan yang bervariasi. Kabupaten Buru didominasi oleh kawasan pegunungan dengan elevasi rendah berlereng agak curam dengan kemiringan lereng > 40% yang meliputi luas 15,43% dari keseluruhan luas daerah ini. Jenis kelerengan lain yang mendominasi kawasan ini adalah elevasi rendah berlereng bergelombang dan agak curam serta elevasi sedang berlereng bergelombang dan agak curam dengan penyebaran lereng di bagian Utara dan Barat rata-rata berlereng curam terutama di sekitar Gunung Kepala Madan. Sedangkan di Bagian Timur terutama di sekitar Sungai Waeapo merupakan daerah elevasi rendah dengan jenis lereng landai sampai agak curam.
Kabupaten Buru merupakan salah satu kawasan di luar busur banda (jalur gunung api) dengan formasi geologi bervariasi antara batuan sedimen dan metamorfik. Dalam peta sketsa Pulau Buru dan Seram, diuraikan bahwa secara umum ditemukan 3 (tiga) material utama penyusun Pulau Buru. Tiga formasi dimaksud berada pada bagian Selatan, Utara dan formasi disposisi di bagian Timur Laut, yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
·         Batuan sedimen di bagian selatan yang kebanyakan dijumpai pada tempat-tempat dengan permukaan air yang dangkal.
·         Batuan metamorfik yang mirip dengan tipe batuan benua yang meliputi filit, batu sabak, sekis, arkose serta greywacke meta yang dominan berada pada bagian Utara Pulau Buru.
·         Endapan batuan sedimen berumur neogen bagian atas ditemukan pada bagian Timur Laut sekitar kawasan Waeapu tersusun dari endapan aluvium dan kolovium berupa bongkahan, kerikil, lanau, konglomerat, lumpur dan gambur. Sedangkan di sepanjang pantai Utara terdapat jalur endapan pantai dan aluvio-kolovium yang diselingi dengan terumbu karang angkatan (uplifted coral reef).

d. Geomorfologi dan Hidrogeologi
Kondisi geomorfologi Pulau Buru dan pulau-pulau kecil lainnya yang termasuk kedalam Kabupaten Buru dikontrol oleh geologi regional Provinsi Maluku, dimana wilayah ini merupakan ujung barat busur kepulauan non magmatik dari lingkaran sirkam pasifik. Oleh karena itu, Kepulauan Buru dapat dikelompokan kedalam beberapa satuan geomorfologi, sebagai berikut :
·         Satuan geomorfologi perbukitan / pegunungan lipatan patahan yang menempati wilayah bagian tengah Kabupaten Buru;
·         Satuan geomorfologi pegunungan homoklin yang meliputi wilayah Bagian Utara dan Selatan Kepulauan Buru;
·         Satuan geomorfologi lembah dan bataran sungai yang mengikuti lembah sungai-sungai besar juga menjadi wilayah permukiman.
Kondisi hidrogeologi Pulau Buru dan pulau-pulau kecil lainnya yang termasuk dalam Kabupaten Buru adalah sebagai berikut :
a) Pola Aliran Sungai
Sebagaimana telah dijelaskan didepan, sungai sebagai unsur geografi yang ada di Kabupaten Buru (28 sungai) mempunyai pola aliran ; dendritik (menurun), paralell, trellis, rektanguler dan radier mengalir menuju pantai kontrol oleh struktur geologi (patahan, ekahan dan sistem perlipatan batuan) yang terdapat di wilayah ini. Tingkat kerapatan sungai sangat intensif, dimana hampir seluruh wilayah Kabupaten Buru tertutup oleh pola aliran sungai baik yang bersifat permanen maupun intermittent.
Berdasarkan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), maka kondisi pola aliran sungai dapat dibagi kedalam 4 (empat) arah aliran sungai, yaitu :
·         DAS Air Buaya yang mengalir kearah utara dengan tingkat kecepatan sedang;
·         DAS Namlea yang mengalir kearah timur dengan tingkat kecepatan tinggi – sangat tinggi;
·         DAS Leksula yang mengalir kearah selatan dengan tingkat kecepatan sedang – tinggi;
·         DAS Labuan Leko yang mengalir kearah barat dengan tingkat kecepatan rendah – sedang.
b). Zona Air Tanah
Dari kondisi tersebut di atas dan didukung oleh kontrol batuan dan struktur geologi, maka secara umum neraca air tanah menunjukkan terdapat 2 (dua) zona air tanah, yaitu :
·         Zona air tanah rendah, yang pada umumnya menempati punggung pemisah air morfologi (morphological water devided) sebagai pemisah daerah tangkapan hujan (catchment area) keempat wilayah DAS tersebut diatas serta pada 2 (dua) punggung yang terdapat di selatan daerah studi.
·         Zona air tanah sedang – tinggi menempati hampir seluruh wilayah studi, yang mengelilingi Pulau Buru. Kawasan ini dapat tercapai jika sistem vegetasi tetap terjaga, sehingga tingkat peresepan (recharged) dapat dipertahankan dan surface run off dapat dicegah dan diperkecil.
c). Hidro Oceanografi
Sesuai dengan kondisi geografinya Kabupaten Buru dikelilingi oleh Laut Seram di Utara dan Laut Banda di Selatan dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan sebagai kabupaten yang berada di dalam Provinsi Maluku. Oleh karena itu, pada bagian utara dan selatan berada pada posisi gapura energi gelombang yang tinggi pada musim barat maupun musim timur, dengan arus laut dari selatan yang sangat kuat pada musim timur yang berlangsung Juni sampai September.
Berdasarkan kondisi tersebut dan sesuai dengan posisi Pulau Buru yang berada di busur luar kepulauan non magmatik, maka Laut Seram di Utara dan Laut Banda di Selatan merupakan 2 (dua) palung laut dalam (samudera) yang sangat mempengaruhi wilayah ini, dengan kondisi batimetri yang sangat dalam. Disisi lain Pulau Buru memiliki potensi sumber daya perikanan yang tinggi didukung keberadaan di jalur ALKI III menghubungkan Timur, Barat, dan Utara seperti telah dijelaskan sebelumnya.

e. Klimatologi
Iklim yang berlaku di Kabupaten Buru, yaitu low tropis yang dipengaruhi oleh angin musim serta berhubungan erat dengan lautan yang mengelilinginya. Selain itu, luas daratan yang berbeda-beda memungkinkan berlakunya iklim musim. Ciri umum dari curah hujan tahunan rata-rata dibagi dalam 4 (empat) kelas untuk tiga wilayah, antara lain :
- Buru Bagian Utara : 1400 – 1800 mm/tahun
- Buru Bagian Tengah : 1800 – 2000 mm/tahun
- Buru Bagian Selatan : 2000 – 2500 mm/tahun
- Pada kawasan yang berelevasi lebih dari 500 m dpl dengan rata-rata 3000-4000 mm/tahun berkaitan erat dengan perubahan ketinggian yang dimulai dari zona pesisir, yang selanjutnya dapat diikuti pada bagian berikut. Sedangkan kondisi suhu rata-rata 260 C.

f. Geologi
Kondisi geologi di Kabupaten Buru adalah sebagai berikut :
·         Satuan litostratigrafi Kabupaten Buru disusun oleh batuan metamorfosa / malihan, yang ditutup oleh batuan sedimen baik selaras maupun tidak selaras diatasnya, serta batuan terobosan / intrusi yang memotong batuan metamorfosa dan batuan sedimen.
·         Struktur geologi, sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa batuan tertua di Pulau Buru adalah kompleks, metamorfosa / malihan regional dinamotermal yang berumur pra tersier (permo).

Poros lipatan (antiklin dan sinklin) yang berarah Barat Laut – Tenggara menunjukkan bahwa tekanan gaya kompressoal berasal dari Timur Laut – Barat Daya untuk batuan yang berumur pra tersier. Kemudian pada tersier pola arah umum perlipatan menjadi Timur – Barat, yang berarti bahwa arah gaya kompressional berarah Utara – Selatan, hal ini menunjukkan adanya rotasi dari pra tersier ke tersier.

B. POTENSI DAERAH

1.    Pertanian
Pertanian tanaman pangan merupakan salah satu sektor unggulan di Kabupaten Buru. Pembangunan pertanian diarahkan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, pengembangan penyerapan teknologi tepat guna, penyediaan prasarana, sarana produksi dan intervensi pembangunan infrastruktur penunjang keberlangsungan proses produksi dan kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pengawasan lapangan.
            Jenis tanaman yang diunggulkan antara lain; Padi Sawah, Padi Gogo, Hotong, Jagung, Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Tanah, Ubi Kayu dan Ubi Jalar
Panen Raya bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono



Aktivitas Pertanian

2.    Perkebunan
          Sub sektor perkebunan dengan jenis tanaman unggulan yang diandalkan antara lain; kelapa, cengkih, kakao, jambu mete, kopi dan pala dengan prioritas pengembangan berdasarkan karakteristik dan potensi tanah yang dimiliki (pengembangan berdasarkan spasial wilayah). Intervensi program pemerintah melalui program perluasan areal tanam (program ekstensifikasi), peremajaan dan rehabilitasi tanaman (program intensifikasi) dan program lain berupa fasilitasi oleh instansi teknis terkait sebagai katalisator dalam meningkatkan produktivitas tanaman, seperti; peningkatan sarana produksi dan pemberantasan hama dan penyakit. Tabel berikut dapat dijelaskan jenis tanaman perkebunan dengan spesialisasi wilayah, luas areal tanam, produksi dan produktivitas serta jumlah kelompok KK tani pada tahun 2007-2008 di Kabupaten Buru.


Kakao
Jambu Mete
Cengkeh
Kelapa

3.    Perikanan
            Kabupaten Buru dengan potensi sumber daya Perikanan dan Kelautan yang dimiliki perlu penanganan dan pengembangan yang intensif dan lebih optimal guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan daerah. Persebaran potensi perikanan, terutama potensi perikanan laut hampir terdapat pada semua wilayah laut pesisir dengan bermacam jenis ikan dan biota laut yang bernilai ekonomis dan sangat menguntungkan jika dikelola seoptimal mungkin. Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2009 untuk perkembangan produksi perikanan yang telah dieksploitasi dalam kurun waktu 2006-2008, diindikasikan dengan keberhasilan kegiatan penangkapan dan produksi, termasuk perkembangan jumlah Rumah Tangga Perikanan yang terus mengalami peningkatan.


Hasil Kelautan
Terumbu Karang
Ikan










4.    Kehutanan
          Potensi kehutanan yang dimiliki masih berpedoman pada data tahun 2008, hal ini karena instansi terkait yakni Dinas Kehutanan Kabupaten Buru belum memiliki ukuran tapal batas potensi kehutanan yang membagi hak dan kewenangan wilayah hutan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Buru (kabupaten induk) dan Pemerintah Daerah Kabupaten Buru Selatan (pemekaran tahun 2008). Dengan demikian, data potensi kehutanan masih bersumber pada data tahun 2008 dengan persebaran hutan yang dimiliki seluas ± 833.061 Ha, mencakup; hutan produksi (HP/HPT/HPK) seluas ± 668.847,30 Ha (yang telah dikelola seluas ± 317.045 Ha), lahan perkebunan seluas ± 83.000 Ha dan hutan tanaman industri (belum terdata). Selain itu, terdapat lahan kritis seluas ± 272.246 Ha yang mencakup lahan kritis di dalam kawasan hutan ± 240.246 Ha di luar kawasan hutan seluas ± 32.000 Ha. Rehabilitasi hutan dan lahan melalui kegiatan pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman jati unggul, dimana kelompok tani diberdayakan guna meningkatkan pendapatan masyarakat itu sendiri. Secara ekonomis kontribusi hutan rakyat jati unggul/super dalam jangka waktu tertentu dapat diuraikan sebagai berikut :
Jangka pendek               :  terciptanya lapangan kerja baru (proses penanaman dan                                                                  pemeliharaan),
Jangka menengah          :  produksi kayu ukuran panjang (± 8 tahun),
Jangka panjang              :  waktu pendauran 15-20 thn ditebang habis dengan pola bagi hasil;                                                  pemda dan masyarakat.
          
            Selain itu, terdapat potensi hutan alam jati seluas ± 2.000 Ha yang tersebar di kawasan hutan Desa Kayeli, Desa Masarete, Desa Waelapia, Desa Seith dan Desa Pela, yang menjadi hak ulayat masyarakat adat setempat. Data tabel berikut menjelaskan luas hutan, produksi dan keterkaitannya.

Hutan di Pulau Buru

5.    Perindustrian





Kayu Putih
Hasil Pengelolaan Emas
          Secara umum, perkembangan sektor industri dan perdagangan di Kabupaten Buru belum menunjukan kontribusi berarti dalam pembentukan PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi. Artinya, perkembangan dan pertumbuhannya masih perlu penanganan intensif, termasuk penerbitan dan penertiban aturan regulasi terkait. Identifikasi perkembangan dan pertumbuhan sektor industri masih bertumpu pada sistem pengolahan hasil pertanian dalam skala kecil, sektor perdagangan yang masih bertumpu pada sistem perdagangan antar pulau, serta hotel dan restauran yang relatif masih minim.

1 komentar:

  1. Assalamualaikum, bisa mintak tolong bisa di berikan daftar desa dan kecamatan yang terbaru di kab. Buru.

    BalasHapus