KABUPATEN BURU
A.
KARAKTERISTIK KABUPATEN BURU
1. Kondisi Geografi
a. Letak Geografis
Pulau
Buru (9.599 Km2), yang memiliki panjang (140 km) dan lebar (90 km) dengan
puncak bukit/gunung tertingginya adalah Kan Palatmada (2.429 m). Terdapat 3 (tiga)
blok pegunungan yang masing-masing dipisahkan oleh struktur kelurusan lembah.
Pada bagian barat tapak Kan Palatmada dengan ketinggian diatas 2000 m, dimana
dibatasi oleh lembah depresi Sungai Nibe-Danau Rana dan Sungai Wala. Pada blok
tengah dengan ketinggian diatas 1000 m yang dibentuk oleh Teluk Kayeli dan
Lembah Apu, sedangkan blok selatan dibentuk oleh Lembah Kalua dengan Gunung
Batabual (1.731 m). Kabupaten Buru terletak antara 2º25’ - 3º55’ Lintang
Selatan dan 125º70’ - 127º21’ Bujur Timur.
b. Luas Wilayah
Kabupaten
Buru sebelum pemekaran Buru Selatan memiliki luas wilayah 12.655,58 Km2 dengan
10 (sepuluh) kecamatan dan 106 (seratus enam) desa. Setelah pemekaran Buru
Selatan pada tahun 2008, luas wilayah Kabupaten Buru menjadi 7.595,58 Km² (69,42
% luas pulau buru), dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara
berbatasan dengan Laut Seram
- Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buru Selatan
- Sebelah Barat
berbatasan dengan Laut Buru
- Sebelah
Timur berbatasan dengan Selat Manipa
c. Fisiografi dan Topografi Wilayah
Bentuk
wilayah Kabupaten Buru dikelompokkan berdasarkan pendekatan fisiografi (makro
relief), yaitu dataran, pantai, perbukitan dan pegunungan termasuk didalamnya
dataran tinggi (plateau / pedmont) dengan kelerengan yang bervariasi. Kabupaten
Buru didominasi oleh kawasan pegunungan dengan elevasi rendah berlereng agak
curam dengan kemiringan lereng > 40% yang meliputi luas 15,43% dari
keseluruhan luas daerah ini. Jenis kelerengan lain yang mendominasi kawasan ini
adalah elevasi rendah berlereng bergelombang dan agak curam serta elevasi
sedang berlereng bergelombang dan agak curam dengan penyebaran lereng di bagian
Utara dan Barat rata-rata berlereng curam terutama di sekitar Gunung Kepala
Madan. Sedangkan di Bagian Timur terutama di sekitar Sungai Waeapo merupakan
daerah elevasi rendah dengan jenis lereng landai sampai agak curam.
Kabupaten
Buru merupakan salah satu kawasan di luar busur banda (jalur gunung api) dengan
formasi geologi bervariasi antara batuan sedimen dan metamorfik. Dalam peta
sketsa Pulau Buru dan Seram, diuraikan bahwa secara umum ditemukan 3 (tiga)
material utama penyusun Pulau Buru. Tiga formasi dimaksud berada pada bagian
Selatan, Utara dan formasi disposisi di bagian Timur Laut, yang masing-masing
dapat diuraikan sebagai berikut :
·
Batuan
sedimen di bagian selatan yang kebanyakan dijumpai pada tempat-tempat dengan
permukaan air yang dangkal.
·
Batuan
metamorfik yang mirip dengan tipe batuan benua yang meliputi filit, batu sabak,
sekis, arkose serta greywacke meta yang dominan berada pada bagian Utara Pulau
Buru.
·
Endapan
batuan sedimen berumur neogen bagian atas ditemukan pada bagian Timur Laut
sekitar kawasan Waeapu tersusun dari endapan aluvium dan kolovium berupa
bongkahan, kerikil, lanau, konglomerat, lumpur dan gambur. Sedangkan di
sepanjang pantai Utara terdapat jalur endapan pantai dan aluvio-kolovium yang
diselingi dengan terumbu karang angkatan (uplifted coral reef).
d. Geomorfologi dan Hidrogeologi
Kondisi
geomorfologi Pulau Buru dan pulau-pulau kecil lainnya yang termasuk kedalam
Kabupaten Buru dikontrol oleh geologi regional Provinsi Maluku, dimana wilayah
ini merupakan ujung barat busur kepulauan non magmatik dari lingkaran sirkam
pasifik. Oleh karena itu, Kepulauan Buru dapat dikelompokan kedalam beberapa
satuan geomorfologi, sebagai berikut :
·
Satuan
geomorfologi perbukitan / pegunungan lipatan patahan yang menempati wilayah
bagian tengah Kabupaten Buru;
·
Satuan
geomorfologi pegunungan homoklin yang meliputi wilayah Bagian Utara dan Selatan
Kepulauan Buru;
·
Satuan
geomorfologi lembah dan bataran sungai yang mengikuti lembah sungai-sungai
besar juga menjadi wilayah permukiman.
Kondisi
hidrogeologi Pulau Buru dan pulau-pulau kecil lainnya yang termasuk dalam
Kabupaten Buru adalah sebagai berikut :
a) Pola
Aliran Sungai
Sebagaimana
telah dijelaskan didepan, sungai sebagai unsur geografi yang ada di Kabupaten
Buru (28 sungai) mempunyai pola aliran ; dendritik (menurun), paralell,
trellis, rektanguler dan radier mengalir menuju pantai kontrol oleh struktur
geologi (patahan, ekahan dan sistem perlipatan batuan) yang terdapat di wilayah
ini. Tingkat kerapatan sungai sangat intensif, dimana hampir seluruh wilayah
Kabupaten Buru tertutup oleh pola aliran sungai baik yang bersifat permanen
maupun intermittent.
Berdasarkan
kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), maka kondisi pola aliran sungai dapat dibagi
kedalam 4 (empat) arah aliran sungai, yaitu :
·
DAS
Air Buaya yang mengalir kearah utara dengan tingkat kecepatan sedang;
·
DAS
Namlea yang mengalir kearah timur dengan tingkat kecepatan tinggi – sangat
tinggi;
·
DAS
Leksula yang mengalir kearah selatan dengan tingkat kecepatan sedang – tinggi;
·
DAS
Labuan Leko yang mengalir kearah barat dengan tingkat kecepatan rendah –
sedang.
b). Zona Air
Tanah
Dari
kondisi tersebut di atas dan didukung oleh kontrol batuan dan struktur geologi,
maka secara umum neraca air tanah menunjukkan terdapat 2 (dua) zona air tanah,
yaitu :
·
Zona
air tanah rendah, yang pada umumnya menempati punggung pemisah air morfologi
(morphological water devided) sebagai pemisah daerah tangkapan hujan (catchment
area) keempat wilayah DAS tersebut diatas serta pada 2 (dua) punggung yang terdapat
di selatan daerah studi.
·
Zona
air tanah sedang – tinggi menempati hampir seluruh wilayah studi, yang
mengelilingi Pulau Buru. Kawasan ini dapat tercapai jika sistem vegetasi tetap
terjaga, sehingga tingkat peresepan (recharged) dapat dipertahankan dan surface
run off dapat dicegah dan diperkecil.
c). Hidro
Oceanografi
Sesuai
dengan kondisi geografinya Kabupaten Buru dikelilingi oleh Laut Seram di Utara
dan Laut Banda di Selatan dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan sebagai
kabupaten yang berada di dalam Provinsi Maluku. Oleh karena itu, pada bagian
utara dan selatan berada pada posisi gapura energi gelombang yang tinggi pada
musim barat maupun musim timur, dengan arus laut dari selatan yang sangat kuat
pada musim timur yang berlangsung Juni sampai September.
Berdasarkan
kondisi tersebut dan sesuai dengan posisi Pulau Buru yang berada di busur luar
kepulauan non magmatik, maka Laut Seram di Utara dan Laut Banda di Selatan
merupakan 2 (dua) palung laut dalam (samudera) yang sangat mempengaruhi wilayah
ini, dengan kondisi batimetri yang sangat dalam. Disisi lain Pulau Buru
memiliki potensi sumber daya perikanan yang tinggi didukung keberadaan di jalur
ALKI III menghubungkan Timur, Barat, dan Utara seperti telah dijelaskan
sebelumnya.
e. Klimatologi
Iklim
yang berlaku di Kabupaten Buru, yaitu low tropis yang dipengaruhi oleh angin
musim serta berhubungan erat dengan lautan yang mengelilinginya. Selain itu,
luas daratan yang berbeda-beda memungkinkan berlakunya iklim musim. Ciri umum
dari curah hujan tahunan rata-rata dibagi dalam 4 (empat) kelas untuk tiga
wilayah, antara lain :
- Buru Bagian
Utara : 1400 – 1800 mm/tahun
- Buru Bagian
Tengah : 1800 – 2000 mm/tahun
- Buru Bagian
Selatan : 2000 – 2500 mm/tahun
- Pada
kawasan yang berelevasi lebih dari 500 m dpl dengan rata-rata 3000-4000
mm/tahun berkaitan erat dengan perubahan ketinggian yang dimulai dari zona
pesisir, yang selanjutnya dapat diikuti pada bagian berikut. Sedangkan kondisi
suhu rata-rata 260 C.
f. Geologi
Kondisi
geologi di Kabupaten Buru adalah sebagai berikut :
·
Satuan
litostratigrafi Kabupaten Buru disusun oleh batuan metamorfosa / malihan, yang
ditutup oleh batuan sedimen baik selaras maupun tidak selaras diatasnya, serta
batuan terobosan / intrusi yang memotong batuan metamorfosa dan batuan sedimen.
·
Struktur
geologi, sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa batuan tertua di Pulau Buru
adalah kompleks, metamorfosa / malihan regional dinamotermal yang berumur pra
tersier (permo).
Poros
lipatan (antiklin dan sinklin) yang berarah Barat Laut – Tenggara menunjukkan
bahwa tekanan gaya kompressoal berasal dari Timur Laut – Barat Daya untuk
batuan yang berumur pra tersier. Kemudian pada tersier pola arah umum
perlipatan menjadi Timur – Barat, yang berarti bahwa arah gaya kompressional
berarah Utara – Selatan, hal ini menunjukkan adanya rotasi dari pra tersier ke
tersier.
B. POTENSI
DAERAH
1.
Pertanian
Pertanian
tanaman pangan merupakan salah satu sektor unggulan di Kabupaten Buru.
Pembangunan pertanian diarahkan melalui program intensifikasi dan
ekstensifikasi pertanian, pengembangan penyerapan teknologi tepat guna,
penyediaan prasarana, sarana produksi dan intervensi pembangunan infrastruktur
penunjang keberlangsungan proses produksi dan kegiatan-kegiatan penyuluhan dan
pengawasan lapangan.
Jenis tanaman yang diunggulkan
antara lain; Padi Sawah, Padi Gogo, Hotong, Jagung, Kedelai, Kacang Hijau,
Kacang Tanah, Ubi Kayu dan Ubi Jalar
Panen Raya bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono |
Aktivitas Pertanian |
2.
Perkebunan
Sub sektor perkebunan dengan jenis
tanaman unggulan yang diandalkan antara lain; kelapa, cengkih, kakao, jambu
mete, kopi dan pala dengan prioritas pengembangan berdasarkan karakteristik dan
potensi tanah yang dimiliki (pengembangan berdasarkan spasial wilayah).
Intervensi program pemerintah melalui program perluasan areal tanam (program
ekstensifikasi), peremajaan dan rehabilitasi tanaman (program intensifikasi)
dan program lain berupa fasilitasi oleh instansi teknis terkait sebagai
katalisator dalam meningkatkan produktivitas tanaman, seperti; peningkatan
sarana produksi dan pemberantasan hama dan penyakit. Tabel berikut dapat
dijelaskan jenis tanaman perkebunan dengan spesialisasi wilayah, luas areal
tanam, produksi dan produktivitas serta jumlah kelompok KK tani pada tahun
2007-2008 di Kabupaten Buru.
Kakao |
Jambu Mete |
Cengkeh |
Kelapa |
3.
Perikanan
Kabupaten Buru dengan potensi sumber
daya Perikanan dan Kelautan yang dimiliki perlu penanganan dan pengembangan
yang intensif dan lebih optimal guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
pendapatan daerah. Persebaran potensi perikanan, terutama potensi perikanan
laut hampir terdapat pada semua wilayah laut pesisir dengan bermacam jenis ikan
dan biota laut yang bernilai ekonomis dan sangat menguntungkan jika dikelola
seoptimal mungkin. Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2009 untuk
perkembangan produksi perikanan yang telah dieksploitasi dalam kurun waktu
2006-2008, diindikasikan dengan keberhasilan kegiatan penangkapan dan produksi,
termasuk perkembangan jumlah Rumah Tangga Perikanan yang terus mengalami peningkatan.
4.
Kehutanan
Potensi kehutanan yang dimiliki masih
berpedoman pada data tahun 2008, hal ini karena instansi terkait yakni Dinas
Kehutanan Kabupaten Buru belum memiliki ukuran tapal batas potensi kehutanan
yang membagi hak dan kewenangan wilayah hutan antara Pemerintah Daerah
Kabupaten Buru (kabupaten induk) dan Pemerintah Daerah Kabupaten Buru Selatan
(pemekaran tahun 2008). Dengan demikian, data potensi kehutanan masih bersumber
pada data tahun 2008 dengan persebaran hutan yang dimiliki seluas ± 833.061 Ha,
mencakup; hutan produksi (HP/HPT/HPK) seluas ± 668.847,30 Ha (yang telah
dikelola seluas ± 317.045 Ha), lahan perkebunan seluas ± 83.000 Ha dan hutan
tanaman industri (belum terdata). Selain itu, terdapat lahan kritis seluas ±
272.246 Ha yang mencakup lahan kritis di dalam kawasan hutan ± 240.246 Ha di
luar kawasan hutan seluas ± 32.000 Ha. Rehabilitasi hutan dan lahan melalui
kegiatan pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman jati unggul, dimana
kelompok tani diberdayakan guna meningkatkan pendapatan masyarakat itu sendiri.
Secara ekonomis kontribusi hutan rakyat jati unggul/super dalam jangka waktu
tertentu dapat diuraikan sebagai berikut :
Jangka
pendek : terciptanya lapangan kerja baru (proses
penanaman dan pemeliharaan),
Jangka
menengah : produksi kayu ukuran panjang (± 8 tahun),
Jangka
panjang : waktu pendauran 15-20 thn ditebang habis
dengan pola bagi hasil; pemda dan masyarakat.
Selain
itu, terdapat potensi hutan alam jati seluas ± 2.000 Ha yang tersebar di
kawasan hutan Desa Kayeli, Desa Masarete, Desa Waelapia, Desa Seith dan Desa
Pela, yang menjadi hak ulayat masyarakat adat setempat. Data tabel berikut
menjelaskan luas hutan, produksi dan keterkaitannya.
Hutan di Pulau Buru |
5.
Perindustrian
Kayu Putih |
Hasil Pengelolaan Emas |
Assalamualaikum, bisa mintak tolong bisa di berikan daftar desa dan kecamatan yang terbaru di kab. Buru.
BalasHapus